FAKTAMEDIA.id – Cuaca panas ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Indonesia tentu akan membuat aktivitas Anda menjadi sedikit terganggu. Cuaca panas membuat Anda menjadi cepat kelelahan dan mengeluarkan keringat berlebih yang membuat hari menjadi tidak menyenangkan.
Prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan bahwa indeks sinar ultraviolet (UV) sinar matahari di beberapa wilayah Indonesia akan mencapai kategori risiko bahaya yang sangat tinggi hingga ekstrem.
Sebagaimana diketahui, cuaca panas dan terik melanda Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara. Panas menyengat ini berlangsung sejak beberapa hari lalu. Meski demikian, fenomena ini adalah hal alamiah yang sering terjadi pada puncak musim kemarau panjang dan masa pancaroba.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), panas menyengat ini terjadi akibat gerak semu matahari yang saat ini berada di bagian selatan Khatulistiwa.
Alhasil radiasi matahari yang masuk cukup optimum. Hasil monitoring suhu udara maksimum berkisar antara 34.0 – 37.5 derajat celcius.
Sebagian orang mungkin bisa bertahan dengan cuaca ekstrem yang menimpa Indonesia. Namun, tak sedikit masyarakat yang tidak memiliki kemampuan fisik untuk menahan cuaca panas tersebut.
Tentunya hal ini akan sangat berbahaya mengingat kemampuan resistansi seseorang terhadap panas matahari berbeda satu sama lainnya. Sebenarnya ada berbagai cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi cuaca terik yang menghantui aktivitas Anda sehari-hari.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengimbau masyarakat Indonesia untuk berwaspada dalam menghadapi cuaca panas ekstrem.
Imbauan ini muncul seiring dengan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyebutkan bahwa indeks sinar ultraviolet (UV) sinar matahari di beberapa wilayah Indonesia akan mencapai kategori risiko bahaya yang sangat tinggi hingga ekstrem.
“Memang cuaca panas beberapa hari ini dan ke depan sedang tidak biasa. Maka dari itu mari kita ikuti tips agar terhindar dari dampak cuaca panas ketika sedang atau sering berada di luar ruangan,” ujar Juru Bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril melalui keterangan resminya, Selasa (25/4/2023).
-
Minum banyak air
Melalui keterangannya, dr. Syahril meminta masyarakat untuk mengonsumsi banyak air mineral untuk mencegah dehidrasi. Sebab, cuaca panas dapat menyebabkan dehidrasi akibat tubuh yang terus-terusan kehilangan cairan.
“Jangan menunggu haus. Lalu, hindari minuman berkafein, minuman berenergi, alkohol, dan minuman manis,” tegas dr. Syahril.
-
Hindari baju berwarna gelap
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk menggunakan pakaian yang melindungi diri dari sinar matahari, seperti topi, baju berbahan ringan dan longgar, hingga menggunakan payung saat bepergian.
“Hindari menggunakan baju berwarna gelap agar tidak menyerap panas. Sebisa mungkin, berteduhlah di antara pukul 11.00 hingga 15.00,” imbau dr. Syahril.
-
Gunakan sunscreen
Serupa dengan BMKG, Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk menggunakan tabir surya (sunscreen) minimal 30 SPF pada kulit yang tidak tertutup oleh pakaian sebelum keluar rumah.
Bahkan, sunscreen diwajibkan untuk diaplikasikan ulang setiap dua jam meskipun saat berawan, setelah berenang, atau berkeringat.
-
Waspadai gejala tertentu
Dalam menghadapi cuaca panas, Kemenkes meminta masyarakat untuk mewaspadai gejala yang muncul akibat cuaca panas ekstrem, yakni keringat berlebih, kulit terasa panas dan kering, jantung berdetak lebih cepat, kulit pucat, kram pada kaki maupun abdomen, mual, muntah, pusing, dan urin yang sedikit serta berwarna kuning pekat.
Sebelumnya, BMKG memprediksi bahwa indeks UV sinar matahari tertinggi akan terjadi dalam beberapa hari ke depan, terutama pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB. Berdasarkan grafik yang diunggah melalui akun Instagram resmi BMKG (@infobmkg), puncak indeks UV sinar matahari tertinggi terjadi pukul 11.00 WIB.
(Arsa)