Monday , September 16 2024

Pemkab Serang Jadikan Kecamatan Pabuaran Sentra Cabe Merah

Pemkab Serang Jadikan Kecamatan Pabuaran Sentra Cabe Merah

FAKTAMEDIA – Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah menjadikan Kecamatan Pabuaran sebagai sentra produksi cabe merah untuk memenuhi kebutuhan lokal dengan memaksimalkan lahan tidur untuk ditanami cabe merah.

Bupati Tatu bersyukur bisa memanen perdana cabe merah bersama Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Suhardjo, Penyuluh Pertanian Arif, Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoumperindag) Adang Rahmat, camat, kepala desa dan masyarakat setempat.

”Lahan tidur disini ini kan tadah hujan, perkebunan atau ladang  supaya menghasilkan dan punya nilai menurut saya, ini menjadi pilihan Desa Tanjungsari menjadi desa sentra produksi cabe merah,” ujar Bupati Tatu di sela panen perdana cabe merah di Kampung Kadu boboko, Desa Tanjungsari, Kecamatan Pabuaran, dilansir dari Antara.

”Alhamdulillah para petani dengan penyuluh sedang mencoba panen perdana budi daya cabe seluas kurang lebih 20 hektare se Kecamatan Pabuaran,” katanya.

Hasil panen perdana cabe merah tersebut saat ini menghasilkan kurang lebih 3,5 ton per hektarnya.

Dengan hasil tersebut Tatu berharap bisa ditingkatkan lagi dengan menargetkan maksimal sebanyak 5 hingga 6 ton per hektarenya.

Upaya tersebut dengan menugaskan Kepala DKPP Kabupaten Serang dan penyuluh untuk membawa tim ahli di bidang pertanian.

”Tim ahli untuk pertanian karena ini ada persoalan hama kemudian juga untuk meningkatkan jumlah produktivitas per hektarnya, tonasenya ini mencapai maksimal,” ucapnya.

Tatu menyebutkan untuk panen perdana masyarakat dan para petani jika dihitung dengan total biaya yang dikeluarkan ini tidak rugi, akan tetapi profit mereka atau keuntungannya masih kecil dengan harga kondisi sekarang yang dipasarkan harga biasa bukan harga tinggi dan juga tidak harga rendah.

”Untuk biaya kurang lebih Rp60 sampai Rp62 juta berikut sewa tanah perhektare nya, ini akan di dorong oleh pemda para petani disini. Dengan hasil seperti ini, kita akan tingkatkan supaya ada lahan-lahan yang lain dibuka untuk budi daya cabe,” ungkapnya.

Terkait pemenuhan kebutuhan lokal untuk produksi cabe merah, Tatu memastikan belum maksimal.

”Kalau dilihat masih belum, karena ini baru masuk ke Pasar Rau Serang saja ini sudah tertampung semuanya, kalau kita produksi besar kan bisa masuk ke Pasar Jakarta. Alhamdulillah perdana ini  hasilnya tidak rugi berarti ketemu dengan varietas ababil namanya. Tadi kita lihat panen cukup besar cabe nya,” tuturnya.

Kepala DKPP Kabupaten Serang Suhardjo mengatakan untuk panen perdana dari lahan tidur yang dimanfaatkan untuk bertanam cabe merah karena melihat kebutuhan cabe merah selama ini masih tergantung dari daerah lain baik dari Jawa Tengah (Jateng) maupun luar pulau jawa yang masuk ke Pasar Rau Serang.

”Nah ini kita baru memproses sedikit, untuk desa ini kita baru perhektare sekitar 3,5 ton, nanti kalau sudah dimaksimalkan perhektare itu kurang lebih 12 ribu batang. Kalau perbatangnya ada setengah kilo kita beri 12 ton perhektare,” ujarnya.

Suhardjo memastikan akan terus mengembangkan produksi cabe merah dengan mempelajari segala kekurangannya.

Karenanya untuk panen perdana tersebut masih ada hama-hama jamur pada setiap batangnya, maka pihaknya akan mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut agar hasil produksinya meningkat lagi.

”Minimal kebutuhan daerah kita sendiri bisa terpenuhi dari hasil kita sendiri sebagai sentra cabe di Desa Tanjungsari, Desa Kadubeureum, Kecamatan Pabuaran dan Desa Pondok Kahuru, Kecamatan Padarincang itu mulai produksi cabe,”katanya.

Untuk produksi cabe merah di Kecamatan Pabuaran seluas 20 hektare terbagi untuk Desa Tanjungsari 10 hektare dan Desa Kadubeureum 10 hektare. Untuk produksinya pertahun.

Suhardjo menjelaskan, dari satu hektare sebanyak 3,5 ton kalau 20 hektare berarti 60 ton permusim,  kalau 2 musim pertahunnya dua kali dengan hasil sekitar 250 ton.

“Sebenarnya kebutuhan cabe di kita itu hampir 300 ton perbulannya apalagi menjelang hari raya Idul Fitri dan Ramadhan itu akan lebih banyak lagi karena orang masak butuh cabe. Saat ini menjelang lebaran kita coba kalkulasikan supaya pada saat menjelang Lebaran kita bisa panen untuk memenuhi kebutuhan warga kita,” ucapnya.

Suhardjo menyebutkan, jika kebutuhan cabe merah di Kabupaten Serang kurang lebih dalam setahun sekitar 80 sampai 100 ton itu belum bisa terpenuhi dari hasil produksi yang dihasilkan.

”Nanti kita manfaatkan lahan-lahan tidur kita manfaatkan untuk menanam cabe,”katanya.

Terkait kendala, Suhardjo memaparkan yang pertama masyarakat belum terlatih. Masyarakat bisa senang melihat menanam cabe jika sudah berhasil, maka mereka akan menanam. Oleh karena itu perlu diatur untuk penanaman dan panennya sehingga harga tetap stabil.

”Karena modal yang dibutuhkan Rp60 sampai 62 juta per hektarnya itu dengan sewa lahan pertahun, pertahun kurang lebih Rp5 juta untuk sewa lahannya maka kita atur tanam dan panennya,” paparnya.

Suhardjo menambahkan, bahwa selama ini pihaknya juga mengupayakan untuk bantuan bibit, pupuk, obat-obatan.

”Ini juga salah satu program dari Kementerian Pertanian dengan bantuan bibit, pupuk dan obat-obatan, untuk tenaganya masyarakat di sini,” tuturnya.

 

(Sumber: Antara)