FAKTAMEDIA.ID – Wakil Ketua DPR RI Muhaimin Iskandar mengajukan inisiatif usulan kepada Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk menerima Nobel atas jasanya menghadirkan perdamaian, mulai dari tingkat nasional hingga global.
Diketahui, penghargaan Nobel dianugerahkan setiap tahun kepada mereka yang telah melakukan penelitian yang luar biasa, menemukan teknik atau peralatan yang baru, atau telah melakukan kontribusi luar biasa ke masyarakat.
Menurutnya, belum ada satu pun tokoh maupun lembaga di Indonesia yang telah menerima hadiah Nobel tersebut. Padahal, di negara lain, sudah memiliki penerima nobel, seperti Maria Ressa (wartawan Filipina) dan Ramos Horta (Presiden Timor Leste).
“Jadi siapakah yang berhak usulkan penerima hadiah Nobel ini? Antara lain anggota dan wakil Ketua DPR, presiden, rektor, dan organ-organ tertentu termasuk penerima hadiah Nobel yang memiliki hak usulkan. Pihak-pihak yang dapat dan berhak usulkan pemenang calon Nobel tiap tahun, pengajuannya diterima oleh panitia seleksi yang dibentuk oleh Parlemen Norwegia yang disebut dengan Norwegia Nobel Community,” ujarnya di Media Center DPR RI, Gedung Nusantara II, Senayan, Jakarta, Rabu (16/2/2022).
Ia menjelaskan periode nominasi untuk Nobel tersebut, sebenarnya berakhir pada tiap bulan Januari. Bulan Maret hingga Agustus adalah jadwal reviu dari panitia pelaksana pemberian hadiah Nobel, lalu keputusan akhir akan diambil pada tiap Bulan Oktober.
Lalu, pada Bulan Desember dilaksanakan pelaksanaan seremoni penerimaan hadiah Nobel tersebut.
“Karena itu kita akan susun segera, kalau bisa dikejar tahun ini, atau setidaknya tahun depan di masa datang. Sehingga, kita masih punya waktu untuk mengusulkan dan memberikan waktu setidaknya tahun depan kalau bisa tahun ini,” harapnya.
BACA JUGA: Walikota Syafrudin Tandatangani MoU Pengelolaan Banten Lama
Lebih lanjut, politisi yang kerap disapa Gus Muhaimin ini menjelaskan NU dan Muhammadiyah memiliki beragam kontribusi bagi perdamaian di beberapa negara.
Serta, aktif di beberapa forum strategis yang menginisiasi, mempromosikan, hingga menjadi mediator konflik di berbagai belahan dunia.
“Yang paling populer di Afghanistan, di beberapa negara timur tengah, dan termasuk di Mindanao Selatan, Thailand,” jelas Muhaimin.
Dengan demikian, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu meyakini akan tercatat dalam berbagai dokumen-nasional dan internasional, termasuk oleh parlemen Norwegia.
“Saya juga yakin NU dan Muhammadiyah terbukti mengukir prestasi dan jasa besar di Indonesia maupun tingkat dunia,” ujar Pimpinan DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) itu.
Diketahui, inisiasi NU dan Muhammadiyah untuk pertama kali diusulkan menerima hadiah nobel adalah oleh Mantan Presiden Timor Leste, Ramos Horta, pada Desember 2021 silam. Karena itu, dalam waktu dekat, Muhaimin berencana akan membentuk tim yang akan bertemu jajaran PBNU dan PP Muhammadiyah dengan Dubes Norwegia.
Sehingga, jika pandemi sudah mereda, akan dijadwalkan bertemu dengan pimpinan parlemen Norwegia untuk menggolkan cita-cita tersebut melalui kerja sama Parliament to Parliament (P to P).
“Saya ajak kepada seluruh masyarakat untuk sama-sama sukseskan dan mendorong cita-cita yang pertama ini. Semoga bisa tahun ini atau setidaknya di tahun depan yang akan datang. Memang butuh waktu kampanye, lobi, insiiasi untuk yakinkan Parlemen Norwegia,” tutup Muhaimin. (Red)