FAKTAMEDIA.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa pendapatan negara menunjukkan tren positif dan belanja negara semakin optimal.
Kinerja APBN masih menunjukkan resiliensi dan terjaga dengan baik, mendukung momentum pemulihan ekonomi, dan tercapainya target pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hingga 12 Desember 2023, pendapatan negara tercatat sebesar Rp2.553,2 triliun atau 103,66 persen dari target APBN yang sebesar Rp2.463 triliun.
Jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan pada Perpres 75 Tahun 2023 yaitu sebesar Rp2.637,2 triliun, pendapatan negara telah mencapai 96,8 persen.
BACA JUGA: Al Muktabar: Dapur PKK Berikan Solusi Penanganan Gizi Buruk
Menkeu meyakini pendapatan negara tersebut akan dapat mencapai target hingga akhir 2023 mendatang.
“Jadi kalau dibandingkan dengan target Perpres 75/2023 yang direvisi ke atas, kita masih belum mencapai target. Tapi dari target APBN awal, pendapatan ini sudah melewati target sebesar 103,6 persen,” ujar Menkeu dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Desember 2023 secara hybrid di Jakarta, Jumat (15/12).
Di sisi lain, belanja negara hingga 12 Desember 2023 telah mencapai Rp2.588,2 triliun. Awalnya, Undang-Undang APBN 2023 menargetkan total belanja sebesar Rp3.061,2 triliun.
“Sehingga kalau dibandingkan UU APBN awal, belanja sampai dengan 12 Desember 2023 adalah 84,55 persen,” kata Menkeu.
Pada pertengahan tahun melalui Perpres 75/2023, target belanja negara tersebut dinaikkan menjadi Rp3.117,2 triliun. Jika dibandingkan dengan target pada Perpres 75/2023, angka belanja negara telah mencapai 83,03% dari target.
BACA JUGA: Pemkab Tangerang Salurkan Bansos untuk Lansia dan KRS
Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan dari sisi pembiayaan hingga 12 Desember 2023, telah terealisasi Rp289,6 triliun dengan defisit APBN sebesar Rp35 triliun atau 0,17 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sementara, keseimbangan primer masih surplus Rp378,6 triliun.
“APBN awal defisitnya itu didesain di Rp598,2 triliun atau 2,84 persen dari PDB. Jadi defisit kita di 12 Desember yang hanya Rp35 triliun atau 0,17 persen itu jauh lebih kecil dari desain defisit awal yang sebesar Rp598,2 triliun,” ujar Menkeu.
Menkeu menegaskan bahwa APBN semakin sehat karena defisitnya jauh lebih rendah dibandingkan rancangan awal dan dibandingkan tahun lalu.
“Tren dari defisit yang menurun karena konsolidasi fiskal itu tetap terjaga, kredibel, dan kuat. Ini karena penerimaan negara kuat, belanjanya tetap terjaga baik,” kata Menkeu.
Selain itu, pemerintah mampu mengelola pembiayaan menggunakan berbagai Sisa Anggaran Lebih (SAL) tahun sebelumnya sehingga bisa menurunkan pembiayaan melalui surat utang negara.
“Ini sangat penting karena tahun 2023 dengan inflasi tinggi, suku bunga naik secara sangat drastis, kita bisa mengerem pinjaman dan penerbitan surat berharga. Makanya tadi kita lihat yield kita masih cukup baik.”
”Ini adalah strategi yang sangat tepat dan ampuh dalam menghadapi situasi dunia di mana suku bunga mengalami kenaikan drastis, ekstrem, higher for longer.”0
”Kita bisa melindungi APBN dan melindungi keseluruhan postur kita karena kita sudah mencadangkan dari mulai menggunakan SAL dan defisitnya mengalami penurunan yang sangat tajam,” ujar Menkeu.
Ke depan, APBN akan terus hadir melindungi masyarakat, menjaga momentum pemulihan ekonomi, terutama dalam merespon berbagai ketidakpastian perekonomian global.
“Dengan APBN yang lebih kuat dan lebih sehat, kita tetap bisa menjaga masyarakat dan ekonomi kita melalui fungsi countercyclical dan shock absorber, serta memberikan afirmasi kepada kelompok-kelompok yang paling rentan,” tandasnya. (*)