FAKTAMEDIA.id – Pemerintah Provinsi Banten optimis, target 100% penemuan kasus penyakit tubercolusis (TBC) tercapai dalam upaya percepatan penanganan penyakit TBC.
Dua tahun terakhir, secara berturut Pemprov Banten meriah predikat terbaik dalam penemuan kasus atau pendataan penderita TBC.
“Dinas Kesehatan Provinsi Banten sudah memiliki data-data penderita TBC, hal ini akan semakin mempermudah penanganan,” ungkap Penjabat (Pj) Sekretaris Daerah Provinsi Banten M Tranggono usai menerima Tim Percepatan Penanganan TBC Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) di Ruang Transit Pendopo Gubernur Banten, KP3B Curug, Kota Serang, Kamis (17/11/2022).
“Penyakit TBC harus menjadi perhatian karena tingkat kematian di Indonesia mencapai 11 orang per jam,” tambahnya
Dikatakan, kedatangan Tim Percepatan Penanganan TBC dari Kemenko PMK untuk memberikan panduan kepada Tim Percepatan Penanganan TBC Provinsi Banten untuk penanganan yang lebih baik.
Semoga penderita TBC di Provinsi Banten berkurang dengan baik karena berkaitan dengan bonus demografi. Terlebih pengobatan TBC ditanggung negara alias gratis.
“Jangan sampai pengobatan ini terputus. Kalau terputus bisa menimbulkan kekebalan pada penderita yang menimbulkan gejala TBC lebih berat,” ungkap M Tranggono.
“Kadang orang yang menderita TBC malu sehingga tidak terdata,” pungkasnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten dr Ati Pramudji Hastuti mengungkapkan TBC menjadi salah satu prioritas penanganan di Provinsi Banten. Saat ini jumlah penderita di Provinsi Banten diperkirakan mencapai 33 ribu orang. Hingga akhir Oktober 2022, Pemprov Banten sudah berhasil melakukan pendataan terhadap 28 ribu orang penderita.
“Jadi masih sekitar 5 ribu yang kita harapkan dengan tiga bulan ke depan kita harus mampu mencapai 100% penemuan kasus,” ungkapnya.
Dipaparkan, dari 28 ribu orang yang terdata, tidak semua mau langsung bersedia melakukan pengobatan atau minum obat langsung.
Saat ini yang sudah bersedia melakukan pengobatan sebanyak 23 ribu orang penderita. Untuk memperbanyak temuan kasus, Dinas Kesehatan Provinsi Banten membuka akses pelayanan seluas-luasnya.
“Tentunya untuk bisa mencapai target kita harus melakukan upaya promotif, kemudian upaya preventif dengan skrining bagi mereka yang mempunyai risiko terhadap TBC ini semua di skrining,” ungkap dr Ati.
“Kita sekarang ini untuk tempat pemeriksaan laboratorium, alat yang kita gunakan sudah ada sekitar 43 unit. Sudah tersebar di 8 Kabupaten/Kota. Untuk layanan TBC resisten obat yang dulu itu baru 1 di Kota Tangerang Selatan, sekarang sudah ada 8 layanan kecuali di Kota Cilegon yang sekarang sedang setting layanan. Agar warga Cilegon tidak jauh berobat,” tambahnya.
Dikatakan, Dinas Kesehatan Provinsi Banten menguatkan kontribusi fasilitas kesehatan swasta, mulai dari klinik sampai dengan Rumah Sakit swasta.
“Ini kerjasama, kita gandeng semua agar cepat menemukan kasus. Dengan tata cara pengobatan yang sudah sesuai standar. Biar dimanapun dia berobatnya, begitu tercatat terlaporkan, dan pengobatannya sesuai standar yang sama,” ungkap dr Ati.
“Kita juga saat ini sudah memberikan satu pengobatan yang terbaru yaitu pengobatan pencegahan. Jadi bagi keluarga yang mempunyai satu anggotanya menderita TBC dan kebetulan di rumahnya ada orang-orang yang rawan seperti anak kecil, orang yang imunitasnya rendah seperti HIV, untuk dia jangan sampai tertular dikasih obat pencegahan meskipun belum TBC,” tambahnya.
Dijelaskan dr Ati, target eliminasi TBC Tahun 2030 melalui tahapan suluh, temukan, dan pengobatan sampai tuntas. Rapat koordinasi bertujuan bagaimana membentuk dan menghidupkan tim tingkat Provinsi Banten.
Setiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang berperan harus menjalankan sesuai dengan perannya sehingga ini bisa berjalan secara komprehensif. (Hms)